BAGANSIAPIAPI SiBNews,id– Tepat 4 Oktober 1999, sejarah penting lahir di Riau. Kabupaten Rokan Hilir resmi berdiri sebagai daerah otonomi baru setelah disahkan DPR RI di Jakarta. Tahun ini, usia Kabupaten Rokan Hilir genap 26 tahun. Namun di balik perjalanan panjang itu, ada nama seorang tokoh yang begitu lekat dengan perjuangan pembentukan kabupaten, yakni M Yunus Nur.
M Yunus Nur lahir di Bagansiapiapi pada 28 Desember 1928. Sejak muda, ia dikenal sebagai sosok kritis yang aktif memperjuangkan aspirasi daerahnya. Tahun 1955, bersama rekan-rekan seperjuangan, ia membentuk Panitia Perjuangan Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II Bagansiapiapi. Langkah awal inilah yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya Kabupaten Rokan Hilir.
Pada 1963, perjuangan kembali digelorakan melalui surat-menyurat dan lobi politik, namun gagal akibat gejolak nasional pasca 1965. Saat Orde Baru muncul tahun 1966, M Yunus Nur tidak berhenti. Ia terus memperjuangkan agar Bagansiapiapi berdiri sebagai daerah otonom.
Tahun 1999 menjadi momentum besar. Pada 5 Mei, ia dipercaya sebagai Wakil Ketua sekaligus anggota Komite Perjuangan Pembentukan Kabupaten Rokan Hilir. Pengalaman panjangnya sebagai anggota DPRD Bengkalis dua periode (1982–1992) membuat suaranya disegani.
Sosok yang juga dikenal sebagai kader Partai Syarikat Islam (PSII) hingga kemudian bergabung dengan Golkar ini, tercatat lantang menyuarakan aspirasi masyarakat. Dalam Musyawarah Besar di GOR Perguruan Wahidin, Bagansiapiapi, ia bahkan sempat meluapkan kekecewaan dengan membuka baju safari yang dikenakannya, hanya tersisa kaus oblong putih, sebagai bentuk protes keras terkait rencana penetapan ibu kota kabupaten.
"Ok lah, aku paham, tapi yang penting Kabupaten Rokan Hilir terwujud. Untuk ibu kota kita perjuangkan nantinya di kemudian hari," ucapnya kepada H Yan Faisal, salah seorang pengurus komite saat itu.
Meski akhirnya ibu kota ditetapkan di Bagansiapiapi, perjalanan pembentukan kabupaten penuh dinamika. Namun, suara kritis M Yunus Nur tetap menjadi penyeimbang dan pengingat bagi rekan-rekannya agar tidak melupakan semangat awal perjuangan sejak 1955.
Selain di politik, ia juga aktif di masyarakat. Ia mendirikan Yayasan Perguruan Guppi Datuk Datu Hampar yang membuka sekolah madrasah di Bagansiapiapi, menjadi Ketua LSD Kelurahan Bagan Kota, dan tercatat sebagai Ketua RT terlama di Bagan Hulu. Ia juga dikenal sebagai anggota Kesatuan Pejuang 45 (KP 45).
Pada 11 Juni 2000, tak lama setelah cita-citanya terwujud, M Yunus Nur menghembuskan napas terakhir di usia 72 tahun akibat sakit tua. Ia dimakamkan di TPU Islam Bagan Punak, Bagansiapiapi. Kabupaten Rokan Hilir kehilangan salah satu pejuang pentingnya, namun jejak perjuangan yang ditinggalkannya tetap hidup sebagai inspirasi bagi generasi penerus.
Ayah delapan anak ini, di antaranya Hj Rahmiati, H Wazirwan Yunus MSi, Syafrullah SE, Aspandiar S Sos, Ishaq Yunus, Muhammad Asbi SE, Lukman Hakim SE, dan M Nur Barlian, meninggalkan warisan sejarah besar tentang arti perjuangan, konsistensi, dan pengabdian terhadap daerah. ***
